Pasca reformasi, kekerasan dan
intoleransi yang dialami oleh kelompok masyarakat tidak surut. Agama seringkali
dijadikan dalih di belakang fenomena tersebut. apakah agama tengah mengalami
kebuntuan dialektis terhadap zaman? Di sisi lain, pada saat yang bersamaan
muncul persuasi perdamaian berbasis nilai agama-budaya yang dilakukan oleh
komunitas-komunitas agama tertentu sebagaimana misalnya komunitas Islam Green
Deen, atau Gereja Minnonite. Individu-individu semacam Dalai Lama, juga melakukan
persuasi perdamaian.
Berkaitan dengan fenomena tersebut, LaPSI
PP IPM menyelenggarakan diskusi bertemakan “Islam Cinta di Tengah Dunia yang tengah
Reflektif” bertempat di Gedung PP Muhammadiyah Jl. KHA. Dahlan 103. Diskusi edisi
kajian Religious-Culture Studies yang
diadakan tanggal 20 Maret 2016, mengundang Choiruz Zimam, pemerhati Gerakan Islam
Cinta.
“Islam Cinta merupakan sebuah jalan
sufistik. Dasarnya secara umum terletak pada pemaknaan al-asm Tuhan, yakni; ar-Rahman,
dan ar-Rahim. Saya kira istilah
Islam Cinta lebih tepat di tengah dunia yang kehilangan pesonanya.” Ungkap Choiruz
Zimam yang juga komisioner KPU Gresik.
Menurut Choiruz Zimam, Islam jangan
sampai menjadi simbol kekerasan. “Saya terhenyuh sewaktu mendengar protes
seorang pemeluk agama yang peribadatannya dihentikan oleh sekelompok ormas
Islam yang tidak toleran. Mereka bilang jangan
halangi kami menemui tuhan kami, mendengar itu saya terhenyuh.”
Diskusi edisi kajian Religious-Culture Studies LaPSI PP IPM ditujukan bagi penguatan
khazanah pemikiran keagamaan dan kebudayaan yang menjadi pilar kehidupan
manusia berabad-abad. “Saya kira diskusi ini penting untuk menumbuhkan sikap
toleran, terutama pelajar” komentar Uswatun Khasanah, pegiat LaPSI PP IPM. (@FauAnwar)