Oase di Great Wall, China |
Oase berhasil lolos menjadi peserta setelah mengikuti proses
seleksi yang cukup panjang dan melelahkan, terbagi dalam 3 tahap, mengalahkan 6000
lebih pendaftar dari seluruh Indonesia. Tahap seleksi daerah yang dilaksanakan
2x dan diikuti lebih dari 500 peserta. Kemudian dilanjutkan dengan tahap
seleksi nasional dan seleksi berkas. Ditambah lagi dengan masa menunggu
kepastian penempatan negara tujuan yang mencapai 4 bulan membuat tekanan
semakin terasa besar.
Bersama teman dari beberapa negara |
Setelah dari Beijing, Oase ditempatkan di Kota Harbin,
Provinsi Heilongjiang. Di kota tersebut ia akan bertemu dengan keluarga baru,
teman-teman baru, dan aktivitas sekolah yang baru pula. Ketika ditanya
bagaimana perasaannya menjadi peserta pertukaran pelajar, Oase berujar “Saya
sangat bersyukur bisa dalam posisi ini (peserta pertukaran pelajar), karena
bagi saya menjadi peserta pertukaran pelajar adalah bagian yang sangat penting
dalam proses pendewasaan dan berperan memperkaya pengalaman saya.”
Lanskap Kota Harbin, China |
Oase menjadi satu-satunya pelajar perempuan muslim yang menjalani program pertukaran pelajar di Kota Harbin, sangat sedikit dibanding 20 peserta lain di kota tersebut. Bahkan Oase hanya 1 dari 2 pelajar perempuan muslim yang ditempatkan di China. Memang, pada masa-masa awal, Oase merasa tertekan dengan keadaan masyarakat Kota Harbin yang mayoritas atheis. Namun, setelah penyesuaian, dengan semangat tinggi Oase mengatakan, “Saya menjejakkan kaki di negara orang bukan hanya atas nama diri saya pribadi, namun juga atas nama Bangsa Indonesia, bahkan juga atas nama agama saya (Islam). Saya berharap dalam setahun kedepan saya berhasil menjadi duta yang baik bagi negara, agama, dan kemanusiaan. Sehingga seselesainya saya hidup di China, saya mampu menyerap apa yang baik dan memberikan pengaruh yang sangat baik bagi siapapun di sekitar saya.” (nab)